Terinspirasi oleh game yang pernah mereka mainkan di masa lalu, developer Heavy Spectrum berusaha membangkitkan kembali judul lawas Shadow of the Beast namun dalam wajah baru. Bermain sebagai Aarbron, ia menjalani petualangan berbahaya demi membalas dendam pada Maletoth, yang telah merubahnya menjadi sesosok monster nan ganas. Meski dalam beberapa bagian versi terbaru ini tampil menonjol, utamanya dalam bidang visual, sayangnya versi terbaru ini tidak mampu menghadirkan permainan yang berkualitas sehingga membuatnya terkesan “hambar”. Mengapa begitu?
The Good and the Bad
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, visual menjadi nilai plus bagi Shadow of the Beast karena mampu memperlihatkan dunia permainan yang mantap. Dimulai dari daratan yang dihiasi rumput-rumput nan hijau hingga ke area padang pasir nan tandus, tiap area mempunyai keunikan tersendiri yang bakal memanjakan mata kita. Bahkan pihak developer mampu memainkan efek lighting dengan baik sehingga di level-level dengan pencahayaan kurang sekalipun, perpaduan antara gelap dan juga terang mampu ditampilkan dengan indah. Semua itu, didukung dengan animasi yang cukup smooth, dapat menarik perhatian kalian untuk mencoba permainan yang satu ini.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, visual menjadi nilai plus bagi Shadow of the Beast karena mampu memperlihatkan dunia permainan yang mantap. Dimulai dari daratan yang dihiasi rumput-rumput nan hijau hingga ke area padang pasir nan tandus, tiap area mempunyai keunikan tersendiri yang bakal memanjakan mata kita. Bahkan pihak developer mampu memainkan efek lighting dengan baik sehingga di level-level dengan pencahayaan kurang sekalipun, perpaduan antara gelap dan juga terang mampu ditampilkan dengan indah. Semua itu, didukung dengan animasi yang cukup smooth, dapat menarik perhatian kalian untuk mencoba permainan yang satu ini.
Namun begitu memegang controller, kalian akan dihadapkan pada sistem permainan yang sangat repetitif sehingga bisa membuatmu cepat bosan. You see, kalian hanya akan memakai satu tombol untuk menyerang musuh di mana bentuknya akan berlainan tergantung dari timing sewaktu menekan serta jarak musuh yang dihadapi. Seperti halnya Flappy Bird – masih ingat dengan game tersebut? – jika pemain dapat mempertahankan ritme dalam menekan tombol Attack maka kita bisa menghajar tiap musuh dengan mudah sambil terus bergerak maju. Memang semakin jauh kita bermain, makin banyak jenis musuh yang muncul dan kalian harus memakai cara tertentu agar bisa mengalahkannya, seperti lawan yang membawa perisai di mana kita harus menunduk terlebih dahulu sebelum melancarkan serangan balasan.
Bertemu dengan jenis musuh baru untuk pertama kali tentu mengasyikkan, karena kita harus mencari tahu cara untuk mengalahkannya. Namun karena pada setiap pertarungan lawanmu bakal muncul dalam jumlah yang cukup banyak, lama-lama kita akan terbiasa sehingga mengalahkan musuh pun berubah menjadi “kebiasaan” dan bukan “tugas”. Pihak developer juga telah menyertakan elemen platforming ke dalam Shadow of the Beast untuk menambahkan variasi permainan, tapi sayangnya fitur tersebut nampak kurang digarap dengan baik. Gerakan Aarbron yang kurang luwes, dipadu dengan sulitnya melakukan lompatan jika ia tidak memiliki ruang untuk ancang-ancang yang cukup, seringnya jadi penghambat yang menyebalkan. Sebagai bonus, Heavy Spectrum menyediakan permainan versi orisinalnya, tapi bahkan kehadiran extra content inipun belum mampu mendongkrak daya tariknya. Silakan saja sih kalau mau mencoba, tapi jangan berharap banyak aja.
Overall Score: 7/10
Publisher: Sony Interactive Entertainment
Developer: Heavy Spectrum Entertainment Labs
Genre: Action Adventure
Release: Mei 2016
Platform: PlayStation 4
Developer: Heavy Spectrum Entertainment Labs
Genre: Action Adventure
Release: Mei 2016
Platform: PlayStation 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar